Cara Membentuk Kepribadian Yang Islami
02 February 2016
Cara Membentuk Kepribadian Yang Islami (iwanardika.com) - Sebagai satu-satunya agama yang tinggi dan diridhai oleh Allah Swt. Islam telah mengajarkan bagaimana seharusnya pandangan dan sikap hidup seorang muslim dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi dalan hidupnya, dan diantara sikap hidup yang perlu diikrarkan dilatih dan dikembangkan dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari agar menjadi kebiasaan dan mengakar kedalam kepribadiannya sebagai seorang muslim yang baik, yaitu:
Pertama: Mengucapkan dua kalimat syahadat.
Mengucapkan dua kalimat syahadat menjadi dasar utama dalam membangun kehidupan dan cita-cita, kalaulah diibaratkan membangun sebuah bangunan, maka kalimat syahadat laksana pondasi utamanya, pondasi itu perlu diperkuat dan diperkokoh, sehingga kontruksi bangunan yang ada diatasnya tidak mudah retak dan roboh, tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan.
Persaksian dengan mengucapkan dua kalimat syahadat itu memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim, sehingga terbentuklah kepribadian seorang muslim yang tangguh dan beridentitaskan islam, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Allah Swt. berfirman: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah (orang-orang muslim)." (QS. Ali-Imran: 64).
Kedua: Mengucapkan Basmallah ketika akan memulai suatu pekerjaan yang baik.
Dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, artinya: "Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Ketika memulai suatu pekerjaan yang baik, ucapan basmallah yang bersumber dari dalam lubuk hati secara ikhlas, menunjukan pengakuan kita akan kekuasaan dan kebesaran Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kita menyadari sepenuhnya bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan atau usaha yang kita lakukan tergantung atas kehendak Allah Swt. usaha dan perjuangan yang kita lakukan hanyalah sebagai suatu bentuk ikhtiar saja.
Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmallah akan terputus dari berkah dan rahmat Allah.
Nabi Muhammad Saw. bersabda: "Tiap-tiap perkara (pekerjaan) yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang akan terputus (dari rahmat Allah)." (HR. Bukhari).
Ketiga: Mengucap Tahmid (memuji Allah), ketika kita menutup atau mengakhiri suatu pekerjaan.
Sebagai contoh yang sederhana, ketika mulai makan dan minum bacalah Bismillaahirrahmaanirrahiim, artinya: "Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Dan setelah selesai makan ucapkanlah hamdalah (Alhamdulillaahirabbil'aalamiin).
Ucapan tahmid itu berarti sekaligus kita menyatakan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah Swt. membaca tahmid hendaklah tetap dilakukan tanpa memandang apa pekerjaan yang dilakukan itu berhasil atau belum, seandainya pekerjaan itu belum berhasil, maka dengan ucapan tahmid itu kita telah melakukan pujian kepada Allah Swt. Bertahmid atau membaca hamdalah hendaklah tetap diucapkan ketika mengakhiri pekerjaan baik telah berhasil ataupun sebaliknya.
Dengan mengucapkan tahmid, utamanya diwaktu belum berhasil, merupakan indikasi dari manifestasi kebesaran dan kelapangan jiwa, bahwa kita mampu menerima semua itu dengan lapang dada dan penuh kepasrahan kepada Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Menentukan.
Keempat: Mengucapkan Insya Allah ketika akan berjanji.
Sebagai manusia, tidak mungkin kita hidup tanpa menjalin hubungan dengan orang lain, baik dalam perkumpulan, ditempat kerja, bersama tetangga, dalam lingkungan keluarga dan sebagainya, bahkan seringkali kita membuat janji, ikatan dan semisalnya.
Disamping itu, kita juga tidak bisa terlepas dari suatu rencana yang telah kita susun, yang tentunya kita berharap dan berusaha untuk terlaksana dan berhasil dengan baik, tetapi dalam tataran dan pelaksanaannya tidak sedikit kita menemukan kendala dan berbagai kesulitan yang berada diluar jangkauan dan perhitungan kita yang tidak dapat kita atasi dan tidak dapat menemukan solusinya, sebab semua itu pada tingkat akhirnya hanyalah tergantung dan ditentukan oleh kehendak juga taqdir Allah Swt.
Oleh karena itu, dalam menghadapi suatu janji atau membuat rencana, seorang muslim hendaklah mendasarkannya pada kehendak kekuasaan Allah dan biasakan mengucapkan Insya Allah, karena manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan.
Kelima: Beristighfar (memohon ampun kepada Allah) setelah melakukan kesalahan.
Sebagai manusia biasa, kita tidak mungkin sunyi dari kesalahan dan kekhilafan, apabila kita terlanjur terpeleset melakukan kesalahan dan dosa baik itu dosa yang dianggap kecil, ataupun dosa besar, maka bersegeralah beristighfar kepada Allah sambil berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan atau perbuatan tersebut, karena Allah sangat menyukai kepada hamba-Nya yang segera bertobat memohon ampun kepada-Nya, dan Dia adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
Allah Swt. berfirman: "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiyaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui." (QS. Ali-Imran: 135).
Penyesalan yang timbul dalam jiwa seseorang setelah melakukan merupakan sebuah sikap jiwa yang baik, penyesalan yang timbul dengan penuh kesadaran disertai dengan kebulatan tekad untuk tidak mengulangi kesalahan dan dosa itu lagi, merupakan sikap orang yang bertobat.
Sehingga dengan begitu, timbullah rasa optimisme didalam memandang hari esok dengan penuh harapan, bagi seorang muslim harus yakin bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, betapapun banyaknya dosa yang kita lakukan, jika kita benar-benar bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuninya, karena Allah sangat menyukai hamba-Nya yang bertobat dan membersihkan diri dari kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya.
Keenam: Mengucapkan Hauqalah, ketika menghadapi rintangan dan kesulitan.
Didalam menjalani kehidupan dan perjuangan, tidak sedikit kita akan bertemu dengan rintangan dan kesulitan yang terasa begitu berat dan melelahkan, bahkan mungkin diluar jangkauan kemampuan kita.
Namun betapapun hebatnya gempuran yang datang bertubi-tubi dan rintangan yang datang silih berganti, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sesak nafas, apalagi sampai putus asa, kehilangan pegangan dan arah, pada saat segala kekuatan lahiriyah tidak mampu mengatasi keadaan, maka haruslah ditumbuhkan kekuatan rohaniyah bahwa "Tiada Daya Dan Kekuatan Kecuali Dari Allah"
Semoga kita benar-benar menjadi muslim yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim yang sejati, hingga akhir hayat kita tetap berpegang teguh pada Islam, Aamiin.
Lanjut Ke: Tips Bagi Laki-Laki Dalam Mencari Calon Istri.