-->

Cinta Sejati Dan Cinta Yang Utama

Cinta Sejati Dan Cinta Yang Utama (iwanardika.com) - Rasa cinta yang ada dalam diri setiap manusia itu beragam rupa dan beda jika kita lihat dari kenyataannya. Kecintaan seseorang umumnya beda dengan yang lainnya. Dan itu merupakan hak azazi untuk setiap pribadi masing-masing. Seperti cinta seorang pria kepada seorang wanita atau cinta seorang wanita kepada seorang pria, demikian juga cinta kepada salah satu barang yang barang itu banyak yang mencintai dan menyukai entah itu oleh keluarga, teman, atau sahabat atau juga orang-orang yang lainnya. Ada juga yang sebaliknya, kita mencintainya tapi oleh yang lainnya justru tidak disukai dan dicintai.

Alangkah bahagia jika seseorang mencintai kepada satu barang atau satu perkara dan cocok dengan yang dicintai oleh keluarga, sahabat dan teman juga cocok dengan ketentuan agama yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata'ala. Orang yang seperti itu akan mendapat kebahagiaan yang hakiki didunia juga diakhirat.


 Cinta Sejati Dan Cinta Yang Utama

Tapi sebaliknya, jika cinta itu bertentangan dengan ketentuan agama, itu disebutnya cinta palsu, bagus cuma pertamanya saja, tapi akibatnya akan menjadi bahaya bagi dirinya.

Sebagian ahli hikmah menjelaskan: "Bukan disebut kebaikan buat yang mengerjakan kebaikan tetapi akhirnya mendapatkan siksa neraka."

Bagi orang yang mencintai suatu perkara yang baik menurut agama, dia akan selamat kelak diakhirat kelak, walaupun hidup didunia nya penuh keprihatinan, tidak ada yang memperdulikan dan disenangi oleh yang lainnya, dia akan dicintai oleh Allah yang menciptakan dirinya.

Hidup manusia dialam dunia ini takkan lepas rasa cinta terhadap apa yang ada dialam dunia ini, sebab segala yang ada dialam dunia ini diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala. Agar dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia walaupun kelihatannya dari sebagian barang atau benda bisa menyebabkan bahaya.

Mengenai orang yang celaka karena menggunakan salah satu barang, jangan menyalahkan barangnya, tapi karena dia belum bisa atau belum mengerti cara menggunakannya.

Allah Subhanahu Wata'ala menyediakan segala yang ada dialam dunia ini bukan untuk membahayakan, tapi untuk kemanfaatan dan kemaslahatan manusia itu sendiri, jika ada orang yang terluka karena pisau, maka jangan menyalahkan pisaunya, tapi dirinya yang harus disalahkan karena tidak bisa menggunakan atau tidak hati-hati dalam menggunakannya.

Hidup dan kehidupan manusia hakikatnya adalah ujian bagi dirinya masing-masing, seperti firman Allah didalam Al-Quran: “Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Al-Mulk:2)

Termasuk barang-barang yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dijadikan untuk menguji manusia, siapa yang bisa menggunakan dan siapa yang tidak bisa menggunakannya.

Orang yang bisa menggunakan tentu barang itu akan memberi manfaat bagi dirinya juga bagi yang lainnya. Tapi orang-orang yang bodoh yang tidak bisa menggunakannya justru suka menyalahkan barangnya. Bahkan terkadang suka mengeluh sebab barang itu tidak mamberi manfaat bagi dirinya.

Alangkah ruginya orang-orang yang tidak bisa menggunakan segala yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala, sebab segala yang ada tidak bisa memberi manfaat bagi dirinya. Orang seperti itu dijadikan budak, diperbudak oleh harta benda atau segala yang ada dialam dunia ini, sebab dirinya sudah mempunyai anggapan bahwa hidup dan mati, senang dan susah itu tergantung kepada harta benda atau tergantung kepada uang dan kekayaan, dia tidak mengartikan bahwa sebenarnya segala yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala adalah alat dan bekal hidup, bukan menjadi tujuan dalam hidup ini.

Rasa cinta seorang manusia terhadap segala perkara yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala banyak sekali jumlahnya, dan tidak disalahkan oleh agama. Itu adalah fitrah yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala agar manusia tetap mencintai segala ciptaan-Nya. Segala bentuk barang yang ada dialam dunia ini adalah perhiasan yang harus dicintai.

Didalam Al-Quran atau Hadits Nabi tidak sedikit keterangan yang menjelaskan bahwa manusia harus mencintai ciptaan Allah Subhanahu Wata'ala, sebab jika tidak seperti itu hidup manusia akan kaku, canggung, tidak bisa gaul dimasyarakat, tidak bisa usaha, bahkan lebih jauhnya tidak akan bisa melaksanakan amal shaleh.

Yang dilarang oleh agama adalah jika seorang manusia mencintai suatu perkara yang ada didunia ini melebihi cintanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun:9)

Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda: "Tidak disebut beriman seorang hamba, sehingga ia lebih mencintai Allah daripada ibu bapaknya, dari anak-anaknya dan manusia lainnya."
(HR.Bukhari)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS.At-Taubah:24)

Melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wata'ala, dan contoh Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam, begitu juga jihad dijalan Allah, jangan sampai terhalang oleh apapun, walaupun menurut nafsu dan kemauan kita terasa berat.

Menurut agama, sebenarnya cinta yang sejati dan yang utama itu adalah cinta kepada Allah Subhanahu Wata'ala, juga kepada Rasul-Nya. Cinta dalam jihad dijalan Allah Subhanahu Wata'ala itu lebih besar dan lebih berat daripada cinta kepada yang lain-lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel