-->

Memetik Hikmah Dari Kuatnya Iman Bilal Bin Rabah

Memetik Hikmah Dari Kuatnya Iman Bilal Bin Rabah (iwanardika.com) - Sekarang kita semua merasakan bagaimana beratnya ujian dan cobaan hidup. Batin dan hati sanubari kita benar-benar manjadi korban. Setiap kita akan melaksanakan kewajiban, seketika itu juga kita harus menghadapi bermacam-macam rintangan dan godaan yang berat dalam bentuk kemaksiatan dan kemunkaran. 

 Dalam batin kita terasa sekali adanya dua kekuatan, yaitu pengajak dan ada juga perasaan yang menahan. Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wata'ala secara sempurna, imannya tetap ada dalam dirinya secara paripurna juga imannya tetap penuh. Semua kedukaan, pahitnya kehidupan, begitu juga segala kenikmatan yang akan menjadi bahaya bagi dirinya dihadapi dengan tabah dan sabar.

Segala musibah dianggap ujian dari Allah Subhanahu Wata'ala. Hidupnya tetap teguh, kokoh dalam keyakinan (istiqomah) serta kuat imannya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Contoh orang-orang yang kokoh dalam keimanannya kepada Allah seperti yang pernah kita baca dalam perjalanan sejarah, bagaimana beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh para sahabat Nabi.

 Karena Hamam (Ibunya Bilal) masuk dan teguh dalam keyakinan agama islam, oleh majikannya di siksa sampai parah, dan seterusnya di tebus oleh Abu Bakar Asshidiq. Amir bin Fuhairah disiksa oleh kaum musyrikin sebab ia masuk islam sampai otak Amir hampir gila, seterusnya di tebus oleh Abu Bakar Asshidiq. Amar bin Yasin beserta keluarganya, Habab bin Arat diantara sahabat Nabi yang juga pernah mendapat siksaan dari majikan-majikannya, sebab mereka masuk islam dan teguh dalam keislamannya. Bagaimana kejamnya umayah bin khalaf ketika dia menyiksa budaknya yang bernama Bilal bin Rabbah. Ketika dia mengetahui Bilal masuk islam dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam. Bilal oleh majikannya diikat lehernya dengan tambang yang kuat seperti mengikat kambing yang akan disembelih. 

Kemudian majikan Bilal memerintahkan kepada budak-budak yang lain untuk menarik tali yang sudah diikatkan dileher Bilal seperti anak-anak yang sedang bercanda dengan kambing yang sedang digembala.

 Begitu dan terus seperti itu setiap hari Bilal disiksa oleh majikannya. Tapi Bilal tetap tabah menahan rasa sakit dan siksaan yang dialaminya. Daripada harus lepas iman, tapi malah semakin bertambah kuat imannya meskipun diancam dengan siksaan yang lebih berat. Bibir Bilal terus bergumam meskipun suaranya kadang terdengar kadang tidak " Ahad ", " Ahad " yang artinya Allah Maha Tunggal, Allah yang Satu, hanya Allah tempat berlindung. 

 Pada suatu hari Bilal oleh majikannya diseret dibawa ke padang pasir dalam keadaan cuaca yang sangat panas menyengat, sudah menjadi kebiasaan cuaca panas seperti itu suka dipakai memasak daging atau roti. Bilal ditidurkan diatas amparan batu dan pasir yang luar biasa panasnya, setelah ditidurkan lalu ditindih dengan batu yang panas sambil Bilal tidak boleh memejamkan mata, harus melihat kearah matahari yang sedang memancarkan cahaya yang begitu panasnya. 

Majikannya terus mengancam dengan ancaman: "engkau akan terus disiksa seperti ini sampai engkau mati atau engkau kafir kepada Muhammad sambil engkau mau untuk kembali menyembah lata dan uzza." 

 Kebetulan pada waktu itu lewat sahabat Abu Bakar dan ia melihat saudara seagamanya sedang disiksa, kemudian Abu Bakar mendekat sambil berkata: "Mau sampai kapan engkau menyiksa orang miskin ini?." 

 Umayah menjawab: "engkau yang sudah merusak budakku dan engkau sekarang harus bertanggung jawab untuk menyelamatkannya." 

 Selanjutnya Bilal ditebus oleh Sayyidina Abu Bakar dari umayah dan terus dimerdekakan, tidak menjadi hamba sahaya lagi dan selamat dari ancaman majikannya. Abu Bakar adalah satu sahabat yang benar-benar tahan uji menghadapi godaan dunia, sampai ia rela mengorbankan sebagian hartanya untuk menebus Bilal dari bahaya.

 Seandainya Sayyidina Abu Bakar tidak tahan uji tentu tidak akan tulus untuk menebus Bilal. Iman Abu Bakar tidak kalah oleh godaan syetan yang biasa suka mengganggu semua manusia ketika berbuat kebaikan. 

 Dari riwayat yang di jelaskan diatas kita dapat pelajaran yang bisa kita jadikan tauladan, bahwa sebenarnya iman itu adalah modal utama bagi kita dalam menjalani kehidupan. Jika kita mendengar nama Bilal sepantasnya kita bukan cuma ingat adzan dan iqomatnya, tapi kita harus ingat pada sejarahnya, bagaimana keteguhan imannya sampai bisa menggagalkan segala upaya dari umayah untuk mengkafirkan lagi Bilal atau membalikkan kembali hati Bilal kepada kemusyrikan.

 Tidak pantas jika ada umat islam lepas imannya karena takut kelaparan atau membela isi perut, hanya karena pangkat dan jabatan, sampai ia betah dalam maksiat karena bertemu dengan kenikmatan. Betapa lemahnya iman seandainya tidak bisa hidup secara Al-Quran dan Hadits akibat takut disebut tua atau takut tidak disebut berguru kepada kemajuan atau tidak bisa mengejar kemewahan. Iman bukan seperti pucuk bambu yang bisa dengan mudah goyah tertiup angin. 

Iman harus tetap teguh, jangan mudah goyah oleh kemajuan dan perkembangan zaman. Setiap waktu iman yang kita miliki akan dicoba dan diuji, entah itu dengan kesenangan atau dengan kesusahan. Jika iman tidak berubah dan bisa dibuktikan dengan perbuatan yang nyata itu tandanya tahan uji, dan orang-orang yang tahan uji Allah Subhanahu Wata'ala menjanjikan hasil yang utama, hasil yang berlipat ganda untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. 

 Berdasar kepada iman kaum hartawan akan sabar mengorbankan hartanya seperti Abu Bakar, lebih mengutamakan keinginan iman daripada keinginan nafsu, tidak merasa rugi harta digunakan untuk menebus seorang budak yang mahal harganya. Bukan karena ingin dipuji oleh manusia atau mengharap imbalan dalam melaksanakan darma atau shodakoh, tapi semata-mata hanya mengharap Ridha Allah Subhanahu Wata'ala, dan melaksanakan kewajiban sebagai wujud pengabdian seorang hamba kepada Penciptanya.

 Berdasar iman pula kita bisa membaca bagaimana eratnya ukhuwah islamiyah antara yang kaya dengan yang miskin. Bilal adalah seorang hamba sahaya begitu juga dengan sahabat-sahabat yang lainnya seperti Amir bin Fuhairah, Hamam dan keluarga Amar bin Yasir benar-benar mendapat perhatian dari kaum hartawan yang bernama Abu Bakar, seorang sahabat yang mempunyai pengaruh di kalangan para pejabat dan orang-orang yang kaya raya.

 Berdasar membela yang didukung oleh rasa ukhuwah islamiyah akan timbul rasa membela dari orang-orang yang miskin kepada kaum yang kaya sebab harta benda yang kaya itu bukan hanya dipakai untuk kemewahan dan kepentingan pribadi, tapi dipakai untuk kepentingan bersama dan masyarakat.

 Ini semuanya merupakan akhlaq yang mulia yang harus jadi cermin bagi kehidupan manusia dalam melaksanakan amanah Allah Subhanahu Wata'ala, sebagai khalifah dimuka bumi ini dengan tentram dan damai.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel