Kebesaran Allah Dalam Peristiwa Isra Mi'raj
20 December 2015
Kebesaran Allah Dalam Peristiwa Isra Mi'raj (iwanardika.com) - Allah swt. berfirman didalam Al-Quran surah Al-Isra ayat 1: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahisekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw.itu terjadi dibulan rajab, tepatnya tanggal 27 rajab. Perjalanan itu dimulai dari masjidil haram di mekah ke masjidil aqsa di jerusalem (palestina), dimalam hari.
Selanjutnya perjalanan beliau dilanjutkan ketujuh pelata langit, hingga ke sidratul muntaha, diteruskan hingga ke mustawa, suatu tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kecanggihan teknologi manapun. Suatu pelataran yang tidak diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali oleh Nabi Muhammad saw.bersama Allah swt. Kemudian beliau kembali lagi ke masjidil haram.
Pada malam itu Allah swt.menampakan cahaya Dzat-Nya dihadapan Rasulullah saw.seraya melimpahkan samudera karunia dan kenikmatan-Nya, dalam tempo yang sangat singkat.
Bagian terakhir yang merupakan puncak tertinggi dari perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw. adalah menghadap pada wajah Allah Rabbul'Aalamiin. Kiranya dapat kita ilustrasikan, bahwa didalam sebuah perjalanan kehormatan yang sangat penting, biasanya diakhiri dengan suatu peristiwa yang sangat mantap didalam hati sanubari yaitu menghadap (audence) kepada kepala negara dari negeri yang dikunjungi, sebagai pemegang puncak kekuasaan dalam negeri tersebut.
Begitu pula perjalanan Nabi Muhammad saw. yang begitu misterius dan begitu monumental yang sangat tinggi nilainya, maka peristiwa itu diakhiri dengan peristiwa puncak dari segalanya, yaitu audience menghadap secara langsung kepada Allah swt. Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, disuatu tempat yang paling luhur yang dinamakan dengam sidratul muntaha, didalam selubung suasana suci dalam lautan cahaya keagungan Illahi yang tidak diketahui tempat dan waktunya, pertemuan yang sakral dan penuh syahdu antara Rasul terkasih, Muhammad saw. bersama Tuhannya, Allah Rabbul'Aalamiin. Nabi Muhammad saw. diberi kesempatan melihat Allah swt. secara langsung, disuatu tempat dan situasi yang tidak dapat digambarkan oleh manusia, yang hanya diketahui oleh Rasulullah saw. sendiri bersama Allah swt.
Dalam dialog suci dengan Tuhannya itu, beliau menerima perintah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Perintah shalat ini berbeda dengan perintah ibadah-ibadah yang lain, karena shalat diterima oleh beliau secara langsung dari Allah swt. dalam suasana suci, sakral dan sangat agung.
Peristiwa Isra Mi'raj ini, hendaklah mampu menggerakan perenungan kita mengenai corak intelektualitas kita dan apa yang selama ini kita jadikan sebagai ukuran dalam menilai suatu kebenaran. Hal ini menjadi penting kita lakukan untuk menjaga keimanan kita agar tidak terjadi kegoncangan dan pengikisan.
Sebagai manusia kita harus meyakini dengan penuh kesadaran akan kemahakuasaan Allah swt. sehingga kita sadar betul akan posisi kita sebagai makhluk yang sangat lemah dan memiliki banyak keterbatasan. Karena manusia memiliki kecendrungan menyombongkan intelektualitasnya, merasa serba tahu dan serba bisa.
Kepercayaan kepada diri sendiri sering kali melampaui batas kepandaian yang disandangnya. Betapapun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai oleh manusia jangan sampai membuatnya lepas kendali, terbius dan merasa paling tahu mengenai sesuatu.
Sebab betapapun tingginya ilmu pengetahuan yang dicapainya itu hanyalah sedikit, sebagaimana telah diingatkan oleh Allah swt. dalam firman-Nya: "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra: 85)
Semoga bermanfaat, dan silahkan dibagikan, semoga menjadi tambahan amal kebaikan bagi kita semua, Aamiin.