Artikel Islami, Ayo Kita Biasakan Gemar Berinfaq
05 February 2016
Ayo Kita Biasakan Gemar Berinfaq (iwanardika.com) - Pembaca yang budiman, harta yang kita miliki adalah anugerah dari Allah yang harus kita kelola secara benar dan kita tumbuhkan kesukaan untuk menafkahkan dan membelanjakannya dijalan Allah, sebelum datang saat penyesalan, yang tak memberikan kesempatan barang sedetikpun untuk menginfaqkannya, walaupun kemauan dan keinginan untuk berinfaq itu sangat besar.
Renungkanlah firman Allah Swt. ini: "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menganugerahkan (kematian)ku sampai kepada waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang soleh." (QS. Al-Munafiqun: 10).
Sebelum kita mengalami penyesalan yang begitu besar dan mendalam, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat tersebut, maka tidak ada jalan lain melainkan kita harus membiasakan diri gemar berinfaq. Karena sesal kemudian tiada berguna, apalagi sebuah penyesalan yang tidak memberikan toleransi barang sejenak pun kepada kita untuk beramal. Mumpung kesempatan beramal dan berinfaq masih ada, janganlah kita menyumbat atau menutup kran kenikmatan harta anugerah Allah untuk yang sangat membutuhkan dan kesulitan untuk mendapatkannya.
Harta benda adalah titipan Allah yang sekaligus merupakan anugerah kenikmatan dari Allah yang harus di syukuri. Jangan sampai kita menjadi lupa diri dan beranggapan seolah-olah harta benda yang diperoleh itu semata-mata karena usaha kita semata dan bukan pemberian Allah Swt.
Memang ada mereka menonjolkan jerih payah dan usaha yang dilakukan dari sumber pemberinya, yaitu Allah Swt. mereka baru disadarkan bahwa semua harta itu adalah pemberian dari Allah Swt. menjelang detik-detik kematiannya, pada saat sakaratul maut itulah mereka baru sadar dan ingin menafkahkan semua harta bendanya dijalan Allah. Tetapi kesempatan itu sudah tertutup baginya, dan merekapun mati dengan penuh penyesalan dan berwajah murung.
Apabila manusia lebih mengedepankan dan membanggakan usaha dan kemampuannya atas harta yang didapatkan, serta memandang remeh dan tidak sadar bahwa sesungguhnya yang memberi semua yang diperoleh itu adalah Allah Swt. maka muncullah manusia-manusia egois yang hanya mementingkan diri pribadi, mereka tidak tahu keadaan sekeliling, apalagi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan agama, jadilah mereka manusia-manusia bakhil dan kikir.
Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya dalam harta yang dimilikinya itu terdapat hak-hak orang lain, seperti fakir miskin, anak yatim, janda-janda dan orang-orang jompo yang tak kuat berusaha. Secara tegas telah dinyatakan didalam Al-Quran bahwa dalam harta orang-orang kaya atau para aghniya terdapat hak fakir miskin yang harus diberikan kepada mereka.
Allah Swt berfirman: "Dan harta-harta mereka adalah ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian." (QS. Adz-Dzariyat: 19).
Allah Swt. memberikan gambaran tentang perumpamaan pelipat gandaan pahala bagi orang yang menginfaqan harta bendanya dijalan Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat 261 dari surah Al-Baqarah yang artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang dia kehendaki, Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261).
Sebagai orang yang beriman, kita harus meyakini kebenaran ayat tersebut, yang secara jelas, bahwa Allah akan melipat gandakan pahala orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah sebanyak tujuh ratus kali lipat, bahkan bisa lebih banyak dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk membiasakan diri gemar berinfaq dan berlomba-lomba dalam melakukan kebajikan, agar kita mendapat pengampunan dan pahala surga yang kita dambakan.
Allah Swt. berfirman: "Dan bergegaslah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang bertaqwa, (yaitu) orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali-Imran: 133-134).
Kiranya jelaslah bagi kita, bahwa dalam ayat tersebut secara tegas Allah mengaitkan ketaqwaan dengan kesadaran berinfaq. Apabila kaum muslimin yang berharta bersedia serta rela menafkahkan sebagian hartanya demi kepentingan agama Allah, niscaya tidak akan sia-sia, karena Allah Maha Mengetahui dan pasti kelak mendapat ganti yang lebih baik. Sebaliknya, apabila orang-orang islam yang berharta tidak mau menafkahkan hartanya bagi kepentingan agama Allah, samalah artinya mereka telah berbuat dzhalim, kelak diakhirat tidak akan memperoleh pertolongan dari Allah Swt.
Allah Swt. berfirman: "Apasaja yang kamu nafkahkan atau apasaja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat dzhalim tidak ada seorang penolongpun baginya." (QS. Al-Baqarah: 270).
Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kita semua, sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa dan gemar berinfaq serta memperoleh keberuntungan besar, utamanya kelak diakhirat, Aamiin.
(Kultum/Artikel Islami).